Monday 11 July 2016

Untuk apa seni?



Mungkin bisa dibilang adalah suatu kemutlakan bahwa semua orang menyukai cerita mengenai kepahlawanan. Sedari kecil, seringkali kita mengkonsumsi kisah-kisah mengenai superhero yang menyelamatkan dunia. Sebagian besar  dari kisah-kisah tersebut pada akhirnya berakhir dengan kemenangan tokoh protagonis yang berhasil mengubah dunia dan kemudian mendapat puja-puja. Seru dan menghibur. Mungkin banyak juga dari kita pada awal-awal masa kehidupan, sebisa mungkin menjadi pahlawan dan menyelamatkan dunia seperti apa yang diceritakan di kisah-kisah tersebut. Namun mungkin konsep “pahlawan” dalam dunia nyata tidak seekstrim menjadi seorang superhero.

Beberapa waktu yang lalu, aku bercakap-cakap (virtually) dengan seorang kenalan yang berkuliah di jurusan desain produk di salah satu kampus ternama di Surabaya. Ia berkata bahwa sedari kecil ia bercita-cita menjadi pahlawan seperti power ranger dan bertujuan untuk mengubah dunia. Ia sering berkhayal suatu saat nanti akan mempelajari sains kemudian jadi ilmuan dan menciptakan berbagai hal (semacam alat teleport dll) yg kelak akan mempermudah kehidupan manusia di bumi. Dan singkat cerita entah bagaimana, sekarang ia malah menggeluti dunia seni dan desain. Bagaimana bisa mengubah kehidupan manusia dengan hanya sebuah seni dan desain? Apa bisa mengurangi kemiskinan dengan seni? Atau mencegah korban bencana alam dengan seni? Bagaimana sebuah seni  dan desain bisa memperbaiki keadaan di dunia ini sekarang?

***

Pada suatu ketika, ada kala dimasa aku ingin menjadi seseorang seperti Mahatma Ghandi. ya tapi memang sepertinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dulu, ketika semester 3 atau 4 (aku lupa persisnya) aku mendapat mata kuliah cultural studies. pada mata kuliah tersebut ada pemikiran dekonstruksi dari Jaquest Derrida seorang filsuf perancis. Dari situ kita diajarkan bagaimana sebenarnya dunia ini timpang tindih sekali. Kita hidup di dunia yang tidak sepenuhnya baik. Apa yang dianggap buruk namun mempunyai komoditas yang tinggi akan terus diakal-akali agar pada akhirnya terlihat baik. Ilmu-ilmu yang kau dapat dari mata pelajaran PKN saat kau duduk di bangku sekolah mungkin bisa saja bertolak belakang dengan realita yang kaudapat. Batas-batas kode moral dan etika antara baik dan buruk bisa menjadi sangat bias. Pada setiap multinational corporate yang besar pasti juga ada jutaan buruh yang sengsara. kau tahu maksutku kan? kau tidak akan bisa menyenangkan orang banyak. Maksutku, akan selalu ada pihak yang akan dirugikan, bagaimanapun itu caranya. Hal itu mengganggu pikiranku sekali, karena aku melihat banyak sekali ketidak adilan. aku mulai melihat dunia ini seperti diakali cukong-cukong serakah yang terus memeras keringat kuli-kuli legam. Dulu itu setiap melihat orang-orang jalanan atau orang miskin, rasanya aku ada beban untuk harus mengubah nasib mereka. seperti iba atas penderitaannya tapi juga tak bisa berbuat banyak. Menjadi "pembela kebenaran" itu sebenarnya juga tidak gampang. hidupmu akan penuh dengan bahaya karena musuhmu juga banyak. saat itu aku kebingunan sekali dengan kondisi seperti itu, tapi ada quote yang kala itu aku tau dari film “It’s kind of funny story” yang menyatakan seperti ini:

God, grant me the serenity to accept the things I cannot change,
and the courage to change the things I can.”

Jadi, aku pikir dalam merubah dunia, mungkin kita harus merubah hal-hal yang bisa kita rubah seperti diri sendiri. setidaknya kita tahu mana yang benar atau mana yang salah dan sebisa mungkin untuk tidak merugikan orang lain.

Sains, kedokteran, hukum, ekonomi adalah hal yang penting untuk menyokong kehidupan manusia. tapi untuk mengingatkan kembali bahwa kita ini manusia, kita butuh seni. dan hal itu menurutku sangat krusial, karena sekarang ini banyak sekali orang-orang yang lupa kalau dirinya cuma manusia.

Introvert

As a social creature, we crave connection with other people in order to be living. Or in other words, having interaction with people is a basic need of human being.

I love socializing and I don’t have any problem with it. Meeting with people is fun, but yet, it is exhausting. And in the end of the day, I just want to be left alone in my quiet dark room with no one but my thoughts in order to regain energy.

This past weeks has been really exhausting for me. With all the hurly-burly “lebaran” thing; family gathering, kids whining, babies crying, visiting relative, halal-bi-halal with some close friend etc etc. I know it’s good to have them in my life. but people are draining me up, and when my energy is really low, I really-really need some time alone. And if I don’t have a decent some time alone, I can get pretty upset and it can put me in a bad mood. I can’t function well with too many people around. I feel as if myself is slowly dissolve by this noisy world with its gazzilion people on it, and to regain my sanity back, I have to get away from all of this by creating world of my own inside my head.

I’ve known enough people around me, I want get to know myself better.