Mungkin bisa dibilang adalah suatu kemutlakan bahwa semua orang menyukai cerita mengenai kepahlawanan. Sedari kecil, seringkali kita mengkonsumsi kisah-kisah mengenai superhero yang menyelamatkan dunia. Sebagian besar dari kisah-kisah tersebut pada akhirnya berakhir dengan kemenangan tokoh protagonis yang berhasil mengubah dunia dan kemudian mendapat puja-puja. Seru dan menghibur. Mungkin banyak juga dari kita pada awal-awal masa kehidupan, sebisa mungkin menjadi pahlawan dan menyelamatkan dunia seperti apa yang diceritakan di kisah-kisah tersebut. Namun mungkin konsep “pahlawan” dalam dunia nyata tidak seekstrim menjadi seorang superhero.
Beberapa waktu
yang lalu, aku bercakap-cakap (virtually) dengan seorang kenalan yang berkuliah
di jurusan desain produk di salah satu kampus ternama di Surabaya. Ia berkata
bahwa sedari kecil ia bercita-cita menjadi pahlawan seperti power ranger dan bertujuan
untuk mengubah dunia. Ia sering berkhayal suatu saat nanti akan mempelajari
sains kemudian jadi ilmuan dan menciptakan berbagai hal (semacam alat teleport
dll) yg kelak akan mempermudah kehidupan manusia di bumi. Dan
singkat cerita entah bagaimana, sekarang ia malah menggeluti dunia seni dan
desain. Bagaimana bisa mengubah kehidupan manusia dengan hanya sebuah seni dan
desain? Apa bisa mengurangi kemiskinan dengan seni? Atau mencegah korban
bencana alam dengan seni? Bagaimana sebuah seni dan desain bisa
memperbaiki keadaan di dunia ini sekarang?
***
Pada suatu ketika, ada kala dimasa aku ingin menjadi seseorang seperti Mahatma
Ghandi. ya tapi memang sepertinya tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Dulu, ketika semester 3 atau 4 (aku lupa persisnya) aku
mendapat mata kuliah cultural studies. pada mata kuliah tersebut ada pemikiran
dekonstruksi dari Jaquest Derrida seorang filsuf perancis. Dari situ kita
diajarkan bagaimana sebenarnya dunia ini timpang tindih sekali. Kita hidup di dunia yang tidak sepenuhnya baik. Apa yang
dianggap buruk namun mempunyai komoditas yang tinggi akan terus diakal-akali
agar pada akhirnya terlihat baik. Ilmu-ilmu yang kau dapat dari mata pelajaran PKN
saat kau duduk di bangku sekolah mungkin bisa saja bertolak belakang dengan
realita yang kaudapat. Batas-batas kode moral dan etika antara baik dan buruk
bisa menjadi sangat bias. Pada setiap
multinational corporate yang besar pasti juga ada jutaan buruh yang sengsara.
kau tahu maksutku kan? kau tidak akan bisa menyenangkan orang banyak. Maksutku,
akan selalu ada pihak yang akan dirugikan, bagaimanapun itu caranya. Hal itu
mengganggu pikiranku sekali, karena aku melihat banyak sekali ketidak adilan.
aku mulai melihat dunia ini seperti diakali cukong-cukong serakah yang terus
memeras keringat kuli-kuli legam. Dulu itu setiap melihat orang-orang
jalanan atau orang miskin, rasanya aku ada beban untuk harus mengubah nasib
mereka. seperti iba atas penderitaannya tapi juga tak bisa berbuat banyak. Menjadi
"pembela kebenaran" itu sebenarnya juga tidak gampang. hidupmu akan
penuh dengan bahaya karena musuhmu juga banyak. saat
itu aku kebingunan sekali dengan kondisi seperti itu, tapi ada quote yang kala
itu aku tau dari film “It’s kind of funny story” yang menyatakan seperti ini:
“God, grant me the
serenity to accept the things I cannot change,
and the courage to
change the things I can.”
Jadi, aku pikir dalam merubah dunia, mungkin kita harus merubah
hal-hal yang bisa kita rubah seperti diri sendiri. setidaknya kita tahu mana
yang benar atau mana yang salah dan sebisa mungkin untuk tidak merugikan orang
lain.
Sains, kedokteran, hukum, ekonomi adalah hal yang penting untuk
menyokong kehidupan manusia. tapi untuk mengingatkan kembali bahwa kita ini
manusia, kita butuh seni. dan hal itu menurutku sangat krusial, karena sekarang
ini banyak sekali orang-orang yang lupa kalau dirinya cuma manusia.